Luhut Pede Ekspor Nikel Tembus Rp 1.100 T di 2030 Berkat Hilirisasi, Dulu Rp 18 T


Nusa Dua

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan industri nikel di Indonesia memiliki potensi sangat menjanjikan usai ada hilirisasi. Keuntungan Indonesia naik berkali-kali lipat dan kini menjadi salah satu tulang punggung ekonomi.

“Saya ingat ketika kita memulai hilirisasi nikel hampir 10 tahun yang lalu, kenapa nikel? Dan sekarang ini hilirisasi nikel menjadi tulang punggung ekonomi kita,” kata Luhut di sela kegiatan World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Bali, Rabu (22/5/2024).

Saat Indonesia belum menggalakkan hilirisasi nikel pada 2014, Luhut menyebut ekspornya hanya US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 18 triliun (asumsi kurs saat itu Rp 12.000). Setelah pemerintah melarang ekspor mentah nikel dan melakukan hilirisasi, ekspornya disebut melonjak jadi US$ 34 miliar atau Rp 543,21 triliun (kurs Rp 15.977) di 2023.

Nilai ekspor nikel Indonesia berkat hilirisasi diyakini akan terus meningkat. Pada 2030 nilainya diperkirakan tembus US$ 70 miliar atau Rp 1.118 triliun.

“Saya percaya dengan ekosistem nikel ini, pada 2030 ekspor kita akan menjadi sekitar US$ 70 miliar. Jadi Anda melihat besarnya industri hilirisasi nikel,” ucapnya.

Seperti diketahui, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tegas melarang ekspor mineral mentah salah satunya nikel untuk mendorong hilirisasi tambang. Luhut membantah jika kebijakan Indonesia itu dibilang sebagai tindakan yang proteksionis.

“Ada negara tetangga kita menyebut bahwa kita ini proteksionis, itu tidak benar sama sekali. Nikel itu hanya satu turunan yang kita larang sampai stainless steel. Kepada katoda, anoda dan sebagainya kita bebas mau diekspor silakan aja. Layer kedua ini kita harus menikmati karena itu yang paling banyak nilai tambahnya buat bangsa Indonesia,” ucap Luhut.

Luhut menilai bahwa pemerintah Indonesia paham sekali mengenai penawaran dan permintaan, serta mekanisme pasar. Mereka yang mengkritik hilirisasi nikel Indonesia disebut hanya tidak senang jika Indonesia maju.

“Jadi kita tidak ada. Kita jangan mau dibully sama negara-negara yang pengin kita ini tetap terbelakang. Bangsa ini bangsa besar, kita jangan pernah mau dibully orang. Kita katakan yang benar dan benar,” imbuhnya.

(aid/kil)

Sumber : Detik Finance