Jakarta
–
Presiden terpilih Prabowo Subianto mempunyai program unggulan makan bergizi gratis. Anggaran untuk memuluskan program ini pun ditetapkan sebesar Rp 71 triliun.
Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menilai ada sumber anggaran lain yang bisa dijadikan alternatif untuk program tersebut, yakni menarik pajak kekayaan atau wealth tax orang-orang terkaya di Indonesia.
Dalam laporan Ketimpangan Ekonomi Indonesia 2024 yang diterbitkan CELIOS, potensi pajak kekayaan dari 50 orang super kaya di Indonesia mencapai Rp 81,6 triliun dalam setahun.
Director of Fiscal Justice CELIOS Media Wahyudi Askar mengatakan dana ini setidaknya dapat membiayai program-program pengentasan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan ekonomi, seperti bantuan sosial (bansos) dan makan siang bergizi (MBG).
“Pemerintah Indonesia membutuhkan dana Rp 496,8 triliun untuk bantuan sosial atau perlinsos, dan makan siang gratis sebesar Rp 71 triliun dalam satu tahun fiskal. Pajak kekayaan dapat dijadikan alternatif untuk membiayai program ambisius makan bergizi di era Prabowo. Apabila anggaran setiap paketnya sebesar Rp 15.000 untuk konsumsi harian masyarakat, maka dengan wealth tax 50 orang teratas mampu memberi makan 15 juta masyarakat sepanjang tahun,” kata Media dalam laporan tersebut, dikutip Rabu (25/9/2024).
Dia menambahkan pajak kekayaan dari 50 triliuner terkaya di Indonesia bisa membiayai lebih dari 558 juta paket bantuan beras per 10 liter beras per paket untuk keluarga miskin. Selain itu, dana tersebut juga dapat membangun 339 ribu rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Adapun alternatif pemanfaatan pajak kekayaan dapat disubstitusi untuk pembelian sapi premium. Pada harga jual tertinggi sapi premium sekitar Rp 21,5 juta, pajak kekayaan dari 50 orang teratas dapat membeli sebanyak 3,8 juta ekor sapi premium.
“Sapi tersebut lebih dari cukup untuk memenuhi kelangkaan daging domestik hingga dua kali lipat atau menyuplai sebesar 570 ton setiap tahun,” jelasnya.
(hns/hns)