Jakarta
–
Jepang ketiban berkah lantaran menemukan tambang ‘harta karun’ dengan cadangan mineral langka sebanyak 230 juta ton. Hal ini diperkirakan akan memberi keuntungan besar dengan nilai mencapai miliaran dolar di masa mendatang.
Mengutip unilad, Sabtu (16/11/2024), penemuan ini berasal dari survei yang dilakukan oleh The Nippon Foundation yang bekerja sama dengan Universitas Tokyo. Survei tersebut mengidentifikasi cadangan besar kobalt dan nikel di dasar laut sekitar Pulau Minami-Tori-shima.
Dua komoditas mineral tersebut adalah bahan baku utama untuk baterai kendaraan listrik (EV). Diketahui, survey tersebut berhasil menguak 610.000 metrik ton kobalt serta 740.000 metrik ton. Jumlah ini setara dengan 11 tahun konsumsi domestik Jepang.
Penelitian dilakukan antara April hingga Juni dan berhasil di 100 titik dasar laut dengan menggunakan teknologi bawah laut yang dioperasikan dari jarak jauh. Teknologi yang dipakai itu bisa mencapai kedalaman 5.200 hingga 5.700 meter untuk mengonfirmasi lapisan nodul mangan padat yang terletak sekitar 1.200 mil dari Tokyo.
Sebagai informasi, nodul mangan adalah endapan bulat yang terbentuk di dasar laut dan tanah daratan. Endapan ini terdiri dari lapisan-lapisan konsentris besi dan hidroksida mangan yang mengelilingi inti, seperti pecahan cangkang atau gigi hiu.
Menariknya, nodul ini pertama kali ditemukan dalam penelitian tahun 2016 dan terbentuk di sekitar gigi Megalodon. Ini merupakan mamalia prasejarah raksasa yang hidup sekitar 23 hingga 3,6 juta tahun lalu. Selain kobalt dan nikel, endapan tersebut diperkirakan mengandung tembaga, unsur berharga lainnya.
Profesor Geologi Sumber Daya Universitas Tokyo, Yasuhiro Kato mengatakan timnya berencana menambang hingga tiga juta ton nodul per tahun. Rencananya langkah ini akan dimulai pada 2025 dengan memperhatikan dampak ekologis dari aktivitas laut itu sendiri.
“Pada akhirnya, kami berharap hasil penelitian kami akan membantu meningkatkan pertumbuhan Jepang dengan membangun rantai pasokan domestik yang membentang dari penambangan sumber daya hingga manufaktur, dan menjadikan Jepang sebagai negara yang berorientasi pada sains, teknologi , dan kelautan dalam arti sebenarnya,” demikian pernyataan siaran pers dari Universitas Tokyo.
(fdl/fdl)