Jakarta
–
Lembaga riset energi internasional Rystad Energy menilai bahwa proyek migas laut dalam dinilai akan makin sering digarap oleh para kontraktor migas. Hal ini tidak lepas dari adanya temuan blok Masela, Geng North, Layaran dan Tangkulo.
Analyst E&P Research Rystad Energy Stephen Salomo mengatakan garapan proyek migas laut dalam tersebut lantaran dari sisi volume memang rata-rata temuan cadangan migas di migas laut dalam jumlah cadangannya terbilang besar atau giant discovery. Temuan tersebut bisa menjadi kunci Indonesia untuk mencapai swasembada energi.
“Sepanjang tahun 2023-2024 ada temuan besar di dunia adalah berasal dari deep water. Kenapa itu semakin didorong, karena discovery-nya selalu besar,” ujar Stephen dalam diskusi melanjutkan Upaya Mewujudkan Ketahanan Energi Untuk Capai Cita-Cita Indonesia Emas di Jakarta, Selasa (17/12/2024).
Steven menjelaskan para kontraktor ke depan tidak akan ragu untuk menggelontorkan investasi karena dengan perbaikan data serta perkembangan teknologi, diharapkan keekonomian proyek migas laut dalam akan semakin baik.
Terlebih adanya tren penurunan ongkos produksi dari kegiatan migas laut dalam yang terjadi di dunia akan juga dialami di Indonesia.
“Kalau kita lihat dari sisi global, pertama teknologinya sudah berkembang, dulu development cost untuk deep water mungkin secara global itu bisa sampai US$14 per barel oil equivalent (BOE). Sekarang dengan teknologi di Guyana, Suriname, bahkan di Indonesia, kita bisa mencapai rata-rata disekitar US$8 per BOE. Soalnya dalam waktu kurang lebih dari 10 tahun, perbedaannya jadi signifikan,” jelas Stephen.
Stephen juga menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan temuan tersebut dan proyek gas lainnya serta didukung oleh pembangunan infrastruktur yang cepat, maka Indonesia akan mempunyai cadangan energi gas yang cukup untuk kedepannya.
“Maka Indonesia berpeluang mengamankan energy security tanpa harus bergantung pada LNG import,” katanya.
Adapun SKK Migas dan Mubadala Energy, perusahaan energi internasional yang berkantor pusat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Selasa (19/12/2023) mengumumkan penemuan (discovery) gas yang signifikan dari sumur Eksplorasi Layaran-1, Kontrak Kerja Sama (KKS) South Andaman, sekitar 100 kilometer lepas pantai Sumatera bagian utara, Indonesia.
Berdasarkan laporan dari Mubadala Energy (South Andaman) RSC LTD yang menyatakan bahwa dari temuan sumur Layaran-1 memiliki potensi mencapai 6 tcf gas-in-place.
Sementata untuk Geng North sendiri potensi cadangan migas blok ini mencapai 2,67 TCF dengan gas inplace sebesar 5,8 TCF.
Kemudian, SKK Migas dan Mubadala Energy mendapatkan temuan gas besar lainnya dari sumur eksplorasi laut dalam Tangkulo-1 yang dibor di Blok South Andaman. Berlokasi sekitar 65-kilometer lepas pantai bagian utara Pulau Sumatera, Indonesia.Sumur Tangkulo-1 dibor hingga kedalaman 3.400 meter di kedalaman laut 1.200 meter, hanya beberapa bulan setelah penemuan besar di sumur Layaran-1, yang masih berada di Blok South Andaman.
Dengan memanfaatkan desain terbaru Drill Stem Test (DST), sumur Tangkulo-1 sukses mengalirkan 47 mmscf/d gas berkualitas dan 1,300 barel kondensat. Walaupun hasil pengujian terbatas karena fasilitas yang tersedia, namun kapasitas sumur diperkirakan mencapai 80-100 mmscf/d dan lebih dari 2,000 barel kondensat. di Blok South Andaman. Sumur ini berlokasi sekitar 65-kilometer lepas pantai bagian utara Pulau Sumatra, Indonesia.
Selanjutnya untuk cadangan gas di Lapangan Abadi Blok Masela mencapai 18,3 trillion cubic feet (TCF). Cadangan tersebut lebih besar dari Lapangan Tangguh yang sebesar 15,5 TCF.
(rrd/rrd)