Jakarta
– Pemerintah Indonesia dan Afrika berkomitmen memperkuat bekerja sama dan kemitraan strategis pada tiga bidang. Ketiga bidang tersebut adalah kerja sama di sektor energi hijau, hilirisasi dan human capital.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan, Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat untuk mempererat hubungan antara kedua negara, serta menciptakan kemitraan yang saling melengkapi dan memperkuat posisi Global South di kancah internasional.
“Kami percaya bahwa kemitraan ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi, tetap juga pengembangan human capital,” ujar Rosan Roeslani di acara High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF MSP) di Nusa Dua Bali, dalam keterangan tertulis, Selasa (03/09/2024).
Rosan menjelaskan, langkah penguatan ini ditujukan untuk mengatasi tantangan global seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kedua kawasan. Ia menyerukan kepemimpinan global dan peran aktif dari negara-negara selatan (Global South) untuk berkolaborasi mewujudkan kemitraan strategis tersebut.
“Saya berbicara pada kesempatan ini, untuk bersama-sama mendukung kepemimpinan global/ south di level dunia, sehingga kita bisa membawa aspirasi dan kebutuhan dari negara-negara selatan. Karena, masa depan itu ada Global South,” katanya.
Menurut dia, saat ini posisi Indonesia sangat strategis dan pengalamannya dalam pembangunan ekonomi menjadikannya pemain kunci dalam memperkuat kemitraan Global South.
Rosan pun menyinggung keselarasan antara Visi Indonesia Emas 2045 dengan Agenda Pembangunan Afrika 2063 yang dapat menciptakan kondisi global yang lebih adil. Kedua visi ini berfokus pada beberapa sektor ketahanan pangan, kesehatan, dan energi berkelanjutan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan beberapa potensi kerja sama Indonesia dan Afrika salah satunya di industri nikel. Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, dimana nikel merupakan salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik.
Di sisi lain, Zimbabwe memiliki sumber daya lithium, dan Maroko memiliki cadangan fosfat. Menurutnya, ketiga negara ini dapat bekerja sama dan berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem baterai kendaraan listrik.
“Kolaborasi ini dapat menjadi kontribusi signifikan dalam transisi menuju energi hijau,” tambal Rosan.
Selain energi hijau, Rosan juga menjelaskan potensi kemitraan lainnya seperti di sektor hilirisasi pertanian yakni rumput laut, dan perkebunan seperti minyak sawit. Sebagai tindak lanjut, Rosan
mendukung adanya pertemuan tingkat tinggi secara reguler untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik terkait kebutuhan kedua pihak antar kawasan.
Setelah kegiatan forum, Rosan melakukan pertemuan bilateral dengan Sekretaris Jenderal United Nation on Conference, Trade, and Development (UNCTAD) Rebeca Grynspan. Di hari yang sama, ia juga mendampingi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan bilateral dengan sejumlah pimpinan negara Afrika antara lain Ghana, Liberia, Zanzibar, dan, Zimbabwe. Pertemuan ini membahas tiga isu utama yaitu ekonomi, pertambangan
dan pembangunan.
(ada/kil)