Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menggelar Pelatihan Pengelola Homestay di Kota Sabang, pada 30-31 Agustus 2023. Hal ini melihat bagaimana pentingnya peranan fasilitas penginapan dalam menompang sektor pariwisata. Sehingga dirasa penting meningkatkan sumber daya manusia khususnya para pelaku bidang pariwisata di Aceh.
Peserta yang mengikuti pelatihan ini adalah mereka para pengelola homestay yang ada di Desa Anoi Itam, Aneuk Laot, Ie Meulee, Jaboi, Iboih, Paya Seunar, dan Krueng Raya. Juga menghadirkan narsumber, Alif Fouzi dari Desa Wisata Dieng Kulon dan Nurhayati dari Desa Nusa, Kabupaten Aceh Besar.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Almuniza Kamal melalui Kabid Pengembangan Destinasi, Munawir Arifin menjelaskan pelatihan ini adalah bentuk perhatian khusus pihaknya terhadap pelaku pariwisata khususnya di Kota Sabang, sehingga dapat mendatangkan wisatawan dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
Melalui pelatihan ini, Disbudpar berharap desa wisata di Aceh dapat menerapkan komponen dasar yang wajib tersedia dalam pengembangan desa wisata, seperti adanya atraksi dan akomodasi yang terdiri dari 3S (Sapa, Senyum dan Salam) dan Sapta Pesona (Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan). Kemudian dengan aspek-aspek lain seperti aksesibilitas, infrastruktur dan sumber daya manusia.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada narasumber yang telah hadir untuk memberikan berbagai ilmu, serta pengalaman terbaik sebagai pembelajaran dalam rangka memajukan pariwisata Aceh.
Dalam sambutannya, Munawir juga menyampaikan sangat mengapresiasi perkembangan desa wisata yang kian meningkat di Aceh. Menurut data Disbudpar, tahun 2021 desa wisata di Aceh berjumlah berjumlah 34 desa, tahun 2022 ada 6 desa, dan di 2023 terdapat 119 desa. Jumlah tersebut berasal dari 20 kabupaten/kota dengan berbagai klasifikasi, mulai dari rintisan 90 desa, 27 berkembang serta maju 2 desa.
“Tidak dapat dipungkiri dan ini fakta desa wisata dapat membangkitkan perekonomian masyarakat. Ragam kegiatan yang ada di desa wisata diharapkan dapat memberikan pengalaman unik dan berkesan kepada wisatawan (quality of experience),” ungkapnya.
Menurutnya, quality of experience ini dapat menambah lama tinggal kunjungan wisatawan (length of stay) dan meningkatkan pengeluaran belanja (expenditure), bahkan melakukan kunjungan kembali (repeater).
Sementara itu, salah satu penggiat homestay yang ada di Kota Sabang, Febianty Savila, mengaku senang dan mengucapkan terima kasih kepada Disbudpar Aceh atas terselenggaranya pelatihan pengelola homestay di Kota Sabang.
“Semoga ke depannya homestay dan penginapan yang ada di Kota Sabang bisa meningkat dan para pelaku homestay bisa memberikan fasilitas dan aktraksi wisata yang baik untuk pengunjung yang akan berkunjung ke Sabang, sehingga menghadirkan wisatawan domestik dan mancanegara,” sebut Febianty.
Hal senada juga diungkapkan Roni Zariansyah, salah satu pengelola desa wisata Gampong Ie Meule. Ia mengucapkan terima kasih banyak kepada Disbudpar Aceh karena telah melaksanakan pelatihan homestay di Kota Sabang selama tiga hari.
Roni berharap ke depannya pelatihan seperti ini bisa dibuat lagi, karena masih ada pegiat atau pengelola homestay yang belum berkesempatan untuk bisa menyerap ilmu yang sebagus di pelatihan ini. (*)