Jakarta
–
Nusa Penida, sebuah pulau kecil yang terletak di Bali, dikenal sebagai salah satu destinasi wisata memukau di Indonesia. Namun, tak hanya menyajikan keindahan alamnya yang mempesona, Nusa Penida ternyata juga kaya akan potensi sumber daya alam rumput laut.
Sejak tahun 2012, masyarakat Dusun Semaya, Desa Suana, Nusa Penida, Bali menjaga kualitas rumput laut agar tetap stabil di pasaran. Bahkan, masyarakat Dusun Semaya pun membentuk kelompok petani rumput laut.
“Kami memilih bibit yang berkualitas untuk memastikan pertumbuhan yang optimal, dan menyiapkan lahan dengan teliti. Panen biasanya dilakukan setiap bulan, namun bisa lebih sering tergantung pada luas lahan yang kami kelola,” ujar Ketua Klaster Rumput Laut I Nyoman Sudastra dalam keterangan tertulis, Kamis (14/11/2024).
Nyoman menjelaskan mayoritas warga Dusun Semaya saat ini memang petani rumput laut. Pendapatan dari budidaya ini pun telah memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat.
Tak hanya laki-laki, para perempuan pun ikut berperan aktif dan terlibat dalam budi daya rumput laut. Salah seorang anggota klaster Ni Wayan Sari Warningsih bahkan berinovasi mengolah rumput laut menjadi produk bernilai tambah seperti kerupuk rumput laut.
Manfaatkan Permodalan KUR BRI hingga BRImo
Untuk meningkatkan kapasitas produksi, Wayan mengatakan sebagian besar petani rumput laut memanfaatkan bantuan permodalan dari BRI melalui KUR BRI.
Tak hanya permodalan, para petani juga diberikan edukasi dan kemudahan dalam transaksi keuangan melalui BRImo. BRI juga memberi dukungan pemberdayaan sarana pendukung produksi, seperti jaring dan tali.
“Kalau transaksi jual belinya kita memakai BRImo dari pabrik juga baik itu juga eksportir kalau kita kirim transfer lewat BRImo. Berbicara permodalan dari BRI itu sangat luar biasa sekali terus terang karena mengawali saya untuk melakukan satu usaha itu memang dibantu oleh BRI mangkannya saya sering bilang BRI itu orang tua kedua saya untuk membantu segala usaha saya,” ungkapnya.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan Klaster Usaha merupakan pemberdayaan kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan usaha para anggotanya.
Hingga akhir Agustus 2024, tercatat BRI telah memiliki 32.449 klaster usaha yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku. BRI juga telah menyelenggarakan lebih dari 2 ribu pelatihan dalam program Klasterku Hidupku tersebut.
Supari menjelaskan program Klasterku Hidupku menjadi salah satu bentuk strategi yang mengutamakan pada pemberdayaan.
“Secara umum, strategi bisnis mikro BRI di 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada pelaku UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi,” pungkas Supari.
(ega/ega)