Jakarta
–
Bank Dunia (World Bank) memperingkatkan 108 negara termasuk Indonesia, Tiongkok, India, Brasil dan Afrika Selatan berisiko terjebak dalam negara berpendapatan menengah (middle income trap). Hal itu bisa terjadi jika pemerintah tidak melakukan terobosan untuk mendorong pertumbuhan besar-besaran terhadap ekonominya.
“Mereka (108 negara) menghadapi tantangan yang jauh lebih besar daripada pendahulu mereka dalam keluar dari perangkap pendapatan menengah,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill dalam keterangan resmi Bank Dunia, dikutip Jumat (2/8/2024).
Dalam dokumen the World Development Report 2024 : The Middle Income Trap yang dirilis Bank Dunia, disebutkan tantangan itu di antaranya populasi yang menua dengan cepat, meningkatnya proteksionisme di negara-negara maju, dan kebutuhan untuk mempercepat transisi energi.
Kondisi itu diperburuk dengan strategi kuno yang dirancang pemerintah negara-negara tersebut untuk keluar dari middle income trap, yakni terlalu bergantung pada investasi dan terlalu terburu-buru berinovasi.
“Terlalu banyak dari negara-negara ini yang mengandalkan strategi kuno untuk menjadi negara maju. Mereka terlalu lama bergantung hanya pada investasi dan mereka beralih terlalu dini ke inovasi,” ucap Indermit Gill.
Untuk menghadapi permasalahan itu dan mempercepat waktu meningkatkan pendapatan per kapita, Bank Dunia mengusulkan pemerintah negara-negara berpendapatan menengah untuk mengadopsi strategi fase 3i, yakni investasi, infusi dan inovasi. Strategi itu dibagi ke dalam tiga fase tergantung kategori pendapatan per kapitanya.
Fase 1i (investasi) ialah khusus untuk negara-negara berpendapatan rendah. Dalam fase ini, negara-negara itu harus fokus untuk merancang kebijakan yang bisa meningkatkan investasi, hingga akhirnya mampu masuk ke dalam status negara berpendapatan menengah bawah.
Fase 2i (investasi dan infusi) ialah ketika sudah naik kelas, mereka harus bisa mengkombinasikan investasi yang masuk dengan infusi atau mengadopsi teknologi dari luar negeri untuk dimanfaatkan ke seluruh lini perekonomiannya. Hingga akhirnya naik kelas ke tahap negara berpendapatan menengah ke atas.
Fase 3i (investasi, infusi, dan inovasi) ialah ketika sampai pada tataran pendapatan menengah atas, negara itu tidak lagi boleh mengadopsi atau meminjam ide teknologi dalam kegiatan produksi perekonomiannya, melainkan harus mencapai tahap inovasi, yakni mendobrak batasan-batasan pengembangan teknologi.
Bank Dunia menganggap Korea Selatan adalah contoh negara yang paling berhasil dalam menerapkan ketiga fase strategi 3i ini. Pada 1960 pendapatan per kapitanya hanya US$ 1.200, namun pada akhir 2023 angka itu telah naik menjadi US$ 33.00.
Untuk Indonesia, Bank Dunia memperkirakan butuh waktu 70 tahun untuk bisa mencapai pendapatan per kapita setara negara maju. Bahkan jangka waktu itu menurut mereka hanya bisa mengimbangi seperempat dari pendapatan per kapita Amerika Serikat (AS).
Sebagaimana diketahui, pendapatan per kapita AS saat ini di kisaran US$ 80.300, artinya seperempatnya sebesar US$ 20.075. Sementara pendapatan per kapita Indonesia pada 2023 tercatat baru sekitar US$ 4.919,7, menjadikannya bagian dari negara berpendapatan menengah.
“Berdasarkan tren saat ini, Tiongkok butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk mencapai seperempat pendapatan per kapita AS, Indonesia hampir 70 tahun dan India 75 tahun,” beber Bank Dunia.
(aid/rrd)