Festival Ornamen Aceh 2023 Mengangkat Isu Keberagaman Di Aceh

Seringkali sebuah benda dihias atau diukir untuk menambah nilai estetis. Setiap hiasan bergaya geometrik atau yang lainnya yang dibuat pada suatu bentuk dasar dari hasil kerajinan tangan dan arsitektur disebut ornamen.

Ornamen merupakan salah satu seni dekorasi yang sangat berhubungan dengan jenis kerajinan tangan atau kriya, terutama jika berkaitan dengan berbagai hasil kreasinya. Oleh karena itu, peran ornamen sangatlah vital dalam penciptaan dan pengembangan pengetahuan di bidang kerajinan tangan atau dapat dikatakan sebagai pionir.

Istilah ornamen berasal dari satu kata bahasa Latin yaitu “ornare” yang memiliki arti melengkapi atau menghias. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ornamen berarti hiasan dalam arsitektur, kerajinan tangan, lukisan, perhiasan, dan hiasan yang dibuat pada candi.

Event Festival Ornamen Aceh (FOA) 2023 yang berlokasi di Museum Tsunami diselenggarakan mulai dari tanggal 10-13 juni 2023 ini merupakan event pesta perdana seni ornamen yang mengangkat isu keberagaman di Aceh. Event ini mengusung tema “Menemukan wajah Aceh lewat ornamen”.

Ornamen-ornamen yang ditemukan pada rumah tradisional Aceh. (Foto:Redaksi/NF)

Event ini bekerjasama dengan berbagai komunitas seperti Masyarakat peduli sejarah Aceh (Mapesa), Akar Imaji, Sekar Belati, Rungka, Disabilitas Seni, Kamp Konsentrasi Seni, Kamp Biawak, Kamp Kulu, Pedir Museum, Institut Seni Budaya Indonesia, dan Komite Seni Budaya Nusantara Provinsi Aceh.

Kemudian, beberapa universitas di provinsi Aceh juga mengambil peran dalam memeriahkan event FOA ini seperti Universitas Syiah Kuala unit kegiatan mahasiswa Putroe Phang, Universitas Iskandar Muda, Universitas Bina Bangsa Getsempena, Kampus Perguruan Tinggi Al-Washliyah, dan Institut Seni Budaya Indonesia Aceh.

Terselenggaranya event ini juga tak lepas dari dukungan Kemendikbud melalui Dana Indonesiana. Dana Indonesiana adalah adalah kegiatan pendukungan berupa fasilitasi dana hibah yang diberikan kepada suatu kelompok kebudayaan atau perseorangan. Berikutnya dukungan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta Laboratorium Aceh Rakitan.

Tujuan event ini diselenggarakan yaitu melalui ornamen dan berbagai peristiwa dalam rangkaian event ini, penyelenggara ingin meletakkan diri bukan hanya sebagai penyelamatan karya-karya seni ornament penting peninggaan peradaban Aceh, namun juga ingin menjelajah lebih dalam untuk bisa masuk ke dalam cita rasa penciptaan yang pekat dan meusaneut, khas dari provinsi Aceh. Baik dari masa lalu dan masa kini.

Event ini merupakan kegiatan yang bersejarah bagi upaya penyelamatan dan pewarisan pengetahuan, estetika, serta beberapa unsur lain dari kebudayaan Aceh. Dalam setiap rangkaian guna untuk mendukung event ini berjalan dengan sukses terdiri dari berbagai kegiatan seperti adanya seminar, workshop, exhibition, dan live performance.

Para pengunjung mengikuti Workshop ukir kayu yang diadakan oleh Festival Ornamen Aceh 2023. (Foto:Redaksi/NF)

Iskandar sebagai ketua Laboratorium Seni Aceh Rakitan memberikan kata sambutannya pada opening ceremony FOA 2023, sabtu (10/6/2023).

“Melalui festival ini, ornament yang menjadi simbol estetik Aceh hidupkan kembali. Saat ini, ornament Aceh hampir punah. Padahal ornamen adalah objek utama seni rupa di Aceh” tutur Iskandar.

Para seniman yang tergabung dalam Laboratorium Seni Aceh Rakitan bersusah payah mengumpulkan ornamen-ornamen yang berserakan pada artefak-artefak peninggalan dahulu kala, diantaranya kayu bangunan masjid tua, baju rompi, tas anyaman, dan batu nisan.

“Saya memperkirakan Aceh punya ribuan ornamen, tetapi baru ratusan yang kami kumpulkan. Hasilnya akan dirangkum dalam buku yang akan didistribusikan ke kampus ataupun usaha furniture” lanjutnya.

Lebih lanjut, kurator FOA 2023 Masykur Syafruddin menyampaikan bahwa kegiatan yang diselenggarakan ini bagaikan sebuah lorong waktu yang akan membawa ingatan kembali ke beberapa abad dimasa lalu.

“Ornamen Aceh banyak dipengaruhi oleh seni dari luar, Arab, India, dan Eropa. Ini menandakan dulu kita sangat terbuka bagi dunia luar, sangat beragam, dan toleransi” ujar masykur.

Para pengunjung yang datang bertujuan untuk mengenal sejarah terutama ornamen-ornamen yang ditampilkan oleh penyelenggara dipelataran museum tsunami. Serta pengunjung juga bisa mengikuti workshop ornamen Aceh seperti workshop ukir kayu dan seni anyaman. Terlihat juga beberapa wisatawan mancanegara yang datang karena tertarik dengan event ini dan ingin mengenal Aceh lebih dekat pada jaman dahulu melalui ornament.

Kepala Subbagian Umum Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 1 Aceh Ahmad Hariri berharap generasi muda tergerak hati untuk sepenuhnya terlibat dalam pemeliharaan kebudayaan. Karena ornamen dapat diaplikasikan ke dalam berbagai motif pakaian, bangunan kota, hingga fasilitas publik.

“Kami berharap generasi muda terinspirasi dan terlibat dalam pelestarian kebudayaan” tutur Ahmad. (Redaksi)