Jakarta
– Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq buka-bukaan betapa rentannya Indonesia akan dampak perubahan iklim di dunia. Menurutnya, Indonesia adalah negara dengan lebih dari 17.000 pulau yang kaya akan keanekaragaman hayati dan warisan budaya.
Kondisi geografi yang unik ini, menurut Hanif menjadikan Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Terlebih lagi kondisi geografis tadi juga membuat Indonesia menjadi salah satu pengelola salah satu ekosistem terpenting bagi planet bumi.
Nah sederet dampak perubahan iklim sudah menghantui Indonesia hingga kini. Hanif memaparkan ancaman yang sudah mulai terlihat adalah naiknya permukaan air laut yang membuat kawasan pesisir Indonesia tenggelam hingga pola cuaca yang memperburuk siklus panen petani di Indonesia.
“Dari naiknya permukaan air laut yang mengancam wilayah pesisir kita hingga pola cuaca yang semakin tidak dapat diprediksi yang memengaruhi sektor pertanian kita, kita berada di garis depan krisis global ini,” ungkap Hanif saat membuka Paviliun Indonesia di ajang COP 29 yang diadakan di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Senin (11/11/2024).
Indonesia sendiri, Hanif menekankan, telah berkomitmen untuk mewujudkan target ambisius untuk mengatasi perubahan iklim salah satunya tertuang dalam target Nationally Determined Contribution (NDC). Di dalamnya, Indonesia menetapkan aksi-aksi iklim untuk menjadi negara rendah karbon dan tangguh terhadap dampak perubahan iklim.
“Kita sedang bertransisi menuju masa depan yang rendah karbon dan tangguh terhadap iklim, dan kita ingin melakukannya dengan cara yang tidak hanya melindungi rakyat kita tetapi juga berkontribusi secara berarti terhadap upaya global,” ungkap Hanif.
Upaya Indonesia meliputi peningkatan ambisi dalam energi terbarukan, penguatan tindakan ramah lingkungan di sektor Pertanian, Kehutanan, dan Penggunaan Lahan (Agriculture, Forestry, and Other Land Use (AFOLU), serta promosi aksi iklim yang kuat dan inklusif.
“Inisiatif ini selaras erat dengan subtema Paviliun ini dan mencerminkan dedikasi kami terhadap pendekatan komprehensif terhadap tindakan iklim. Melalui praktik berkelanjutan dan kemajuan teknologi, kami bertujuan untuk membuka pendanaan dan kemitraan iklim yang inovatif, memastikan bahwa transisi menuju masa depan yang lebih hijau tidak meninggalkan siapa pun,” pungkas Hanif.
(hal/rrd)